Minggu, 19 Maret 2017

Makalah Defisiensi Zat Gizi pada Anak Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Asupan gizi pada anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan, padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan dapat mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional. Pada dasarnya asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih menunjukkan kurang menerima asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas yang tinggi, oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah, masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup untuk pekembangan dan pertumbuhan anak.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang menyebabkan anak sekolah kekurangan gizi?
2.      Bagaimana cara menghindari kekurangan gizi pada anak?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui penyebab anak kekurangan gizi.
2.      Untuk mengetahui cara mencegah kekurngan gizi pada anak.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Mahasiswa dapat mengetahui defisiensi gizi pada anak usia sekolah.
2.      Pembaca dapat meningkatka kualitas hidup dengan kesadaran akan pentingnya zat gizi pada tubuh manusia.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Pustaka
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Menurut Almatsier (2016) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gizi adalah substansi dari makanan yang diperlukan oleh organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Zat gizi dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat gizi organik terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral dan air. Zat gizi berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu :
-          Nabati : sumber zat gizi yang berasal dari tumbuhan.
-          Hewani : sumber zat gizi yang berasal dari hewan.
Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak yang mengalami defisiensi zat gizi akan berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental.
B.     Pembahasan/ Hasil Penelitian
Nutrisi yang baik untuk perkembangan anak sekolah adalah nutrisi yang seimbang dan kebutuhannya tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dr. Soegeng Santoso, M.Pd (1995) bahwa kualitas makanan yang diberikan kepada anak harus bergizi, sebab dapat memengaruhi kesehatan. Nutrisi yang cukup akan memberikan dampak yang positif bagi kesehatan anak. Apabila kebutuhan nutrisi terpenuhi anak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal sehingga ia mampu belajar dengan baik.
Nutrisi dapat diperoleh dari makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan  baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat - zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari luar tubuh (makanan).
Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat serius. Jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk status gizi dan status kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang relatif stabil jika dibandingkan dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial emosional. Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk beraktifitas selama di sekolah. Mereka memerlukan karbohidrat,  protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi, zat seng dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan.
Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak seperti dalam hal pola makan anak. Pada anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan mereka adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu makanan atau jajanan maka  anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. Dalam ilmu teori perilaku-perilaku kesehatan, Skinner mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi 6 kelas. Perilaku anak usia sekolah yang meniru makanan atau jajanan temannya termasuk dalam perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental behavior).
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi nutrisi pada anak sekolah, seperti:
-            Usia
Usia anak sekolah merupakan usia dimana kesehatan  yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan  yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digalakan untuk perkembangan mental yang mengacu pada keterampilan anak.

-          Aktifitas
Semakin tinggi tingkat aktifitas tubuh maka nutrisi dan energi yang dibutuhkan juga semakin banyak, anak usia sekolah merupakan usia yang senang bermain. Senang menghabiskan waktunya untuk belajar mengetahui lingkungan sekitar. Oleh sebab itu perlunya nutrisi dan asupan energi yang banyak untuk menunjang aktifitas fisiknya.
-          Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga berpengaruh dalam pemenuhan nutrisi bagi seorang anak. Seorang anak yang berada dalam kondisi kurang mampu biasanya akan kesulitan dalam  memenuhi kebutuhan nutrisinya karena harga bahan makanan yang kadang cenderung mahal.
-          Selera Makan
Anak usia sekolah sangat sulit untuk dapat m engonsumsi makanan – makanan yang sedang ia perlukan dalam masa pertumbuhan. Kriteria makanan  yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah makanan yang banyak mengandung gula dan mempunyai warna yang cerah.
Pola makan anak harus diatur dengan baik, sebab  seorang anak yang sehat dan normal membutuhkan asupan cairan harian sebanyak 1–1,5 liter per hari. Keluarga hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Status gizi anak dapat ditentukan oleh tingkat konsumsi atau kualitas makanan.
Masalah gizi kurang tersebar luas di negara – negara berkembang, termasuk Indonesia. Anak usa sekolah membutuhkan asupan gizi yang baik agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang unggul. Pada sisi lain, masalah gizi lebih yang merupakan dampak dari keberhasilan di bidang ekonomi juga mulai terlihat di Indonesia. Banyak ditemukan anak usia sekolah yang overweight atau obesitas.
Seorang anak yang mengalami defisiensi zat gizi akan berpengaruh pada berbagai aspek fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara tepat, jangka pendek, dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasifikasi dampak defisiensi zat gizi, antara lain melalui pengaturan makan yang benar.
Di Indonesia sendiri, permasalahan gizi masih  harus difokuskan pada pemenuhan  zat gizi yang mana masih ditemukan kondisi defisiensinya, seperti kekurangan protein, zat besi, kalsium,yodium, seng, asam folat, serta vitamin A dan D. Dalam kasus ini, pengetahuan lokal terkait masalah gizi sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia.



Ada beberapa dampak yang disebabkan oleh defisiensi zat gizi, seperti :
a.         Malnutrisi (gizi salah).
Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu atau lebih zat gizi.
Ada empat bentuk malnutrisi yaitu :
-                     Under nutrition yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relative maupun absolute pada periode tertentu.
-                     Specific deficiency yaitu kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
-                     Over nutrition yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
-                     Imbalance yaitu karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
b.         KEP (Kekurangan Energi Protein).
Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam konsumsi sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama pada balita dan anak-anak. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.
c.         GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
GAKI adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus-menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan manusia.
d.        Anemia Zat Besi
Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar menurun dan interaksi sosial berkurang. Anak yang sejak balita mengalami anemia ini tak bisa diobati lagi. Sedangkan bagi anak yang terkena pada usia sekolah, masih bisa diobati dengan memberikan suplemen zat besi. Prinsipnya, harus ada perubahan pola makan yang sehat.
e.         KVA (Kekurangan Vitamin A)
Kekurangan vitamin A menyebabkan kebutaan pada orang dewasa dan meningkatkan resiko kematian pada bayi. Anak-anak yang memiliki kekurangan vitamin A lebih rentan penyakit seperti diare, campak, dan infeksi pernapasan yang serius, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Ada berbagai cara untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk, misalnya dengan memberikan ASI eksklusif ketika bayi, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, meningkatkan   asupan  kalori, serta menjaga pola makan yang sehat. Sekolah juga sebaiknya mengadakan program makan siang dengan membawa bekal dari rumah, sehingga siswa tidak perlu membeli makanan dari luar yang belum tentu sehat.
Pada kasus anak yang sudah menderita gizi buruk dapat ditangani dengan perbaikan gizi apabila statusnya berada pada stadium ringan. Sedangkan pada stadium berat cenderungg lebih kompleks karena masing – masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut harus diperbaiki hingga sembuh.
Pada usia ini, anak – anak mudah bosan terhadap sesuatu, mereka lebih menyukai hal – hal baru. Asupan nutrisi yang cukup dapat menunjang aktifitasnya selama di dalam maupun di luar sekolah, selain itu makanan yang disajikan juga harus menarik dan bervariasi supaya selera makan mereka meningkat.
 Asupan  gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila dibiarkan. Selain itu, buruknya status gizi anak sekolah semakin  memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan banyak perubahan. Membiasakan anak sarapan  sebelum  berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan untuk anak membeli makanan di luar rumah yang mungkin tidak sehat.
 Selain  peran orang tua, peran guru di sekolah juga sangat dibutuhkan guna memberikan pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan yang baik dikonsumsi dan tidak baik dikonsumsi.




BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang seorang anak, sehingga pemenuhan gizi turut menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber manusia di masa mendatang. Defisiensi gizi adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berpikir, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Adapun faktor penyebab terjadinya defisiensi adalah usia, faktor ekonomi, aktifitas, dan selera makan. dampak dari defisiensi zat gizi sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik, mental, dan kecerdasannya. Adapun untuk mencegah terjadinya defisiensi zat gizi adalah dengan meningkatkan konsumsi gizi yang cukup dan seimbang.

B.     Kritik dan Saran
Sebaiknya utuk mengurangi tingginya masalah defisiensi zat gizi, pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan, seperti meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat badan kurang, meningkatkan program gizi berbasis masyarakat, penyuluhan mengenai pengetahuan gizi kurang dan memperbaiki sektor lain yang terkait erat dengan gizi (air, sanitasi, dsb.) sehingga angka defisiensi gizi dapat berkurang.



DAFTAR PUSTAKA

            Almatsier, Sunita. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
            Nasution, Andi Hakim., dan Darwin Karyadi. 1991. Vitamin. Jakarta : Gramedia.
            Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.





LAMPIRAN











                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar