BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu
algizzai yang artinya sari pati makanan. Asupan gizi pada anak sekolah dasar di
beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan, padahal asupan gizi yang
baik setiap harinya dibutuhkan supaya mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan
dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus
bangsa yang unggul dan dapat mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional.
Pada dasarnya asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih
menunjukkan kurang menerima asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan
intelektualitas yang tinggi, oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah,
masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup
untuk pekembangan dan pertumbuhan anak.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang menyebabkan anak sekolah kekurangan gizi?
2. Bagaimana
cara menghindari kekurangan gizi pada anak?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui penyebab anak kekurangan gizi.
2. Untuk
mengetahui cara mencegah kekurngan gizi pada anak.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Mahasiswa
dapat mengetahui defisiensi gizi pada anak usia sekolah.
2. Pembaca
dapat meningkatka kualitas hidup dengan kesadaran akan pentingnya zat gizi pada
tubuh manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Pustaka
Gizi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan
gizi normal tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi
seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada
masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Menurut
Almatsier (2016) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gizi adalah substansi dari makanan yang diperlukan oleh
organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan
kesehatan. Zat gizi dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan zat gizi
anorganik. Zat gizi organik terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral dan air. Zat gizi
berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu :
-
Nabati : sumber zat gizi yang berasal
dari tumbuhan.
-
Hewani : sumber zat gizi yang berasal
dari hewan.
Gizi yang diperoleh seorang anak melalui
konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut.
Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang
berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi masyarakat
mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak yang
mengalami defisiensi zat gizi akan berakibat pada berbagai aspek fisik maupun
mental.
B.
Pembahasan/
Hasil Penelitian
Nutrisi yang baik untuk perkembangan
anak sekolah adalah nutrisi yang seimbang dan kebutuhannya tercukupi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Dr. Soegeng Santoso, M.Pd (1995) bahwa kualitas makanan
yang diberikan kepada anak harus bergizi, sebab dapat memengaruhi kesehatan.
Nutrisi yang cukup akan memberikan dampak yang positif bagi kesehatan anak.
Apabila kebutuhan nutrisi terpenuhi anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
normal sehingga ia mampu belajar dengan baik.
Nutrisi
dapat diperoleh dari makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan
baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat - zat gizi esensial tertentu.
Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari luar tubuh
(makanan).
Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak
sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat
serius. Jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan
menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk status gizi dan status
kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan
yang relatif stabil jika dibandingkan dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja.
Pada masa ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial
emosional. Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12
tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk
beraktifitas selama di sekolah. Mereka memerlukan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin-vitamin, zat besi, zat seng dan mineral-menaral lain yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan.
Sarapan pagi dengan asupan gizi yang
baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori. Seperti yang
telah disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang berperan
dalam menentukan tumbuh kembang anak seperti dalam hal pola makan anak. Pada
anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan
mereka adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman
sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal
mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika
teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu
makanan atau jajanan maka anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang
dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika
temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. Dalam ilmu
teori perilaku-perilaku kesehatan, Skinner mengklasifikasikan perilaku
kesehatan menjadi 6 kelas. Perilaku anak usia sekolah yang meniru makanan atau
jajanan temannya termasuk dalam perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental behavior).
Terdapat
beberapa faktor yang dapat memengaruhi nutrisi pada anak sekolah, seperti:
-
Usia
Usia
anak sekolah merupakan usia dimana kesehatan
yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap
kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digalakan untuk perkembangan
mental yang mengacu pada keterampilan anak.
-
Aktifitas
Semakin
tinggi tingkat aktifitas tubuh maka nutrisi dan energi yang dibutuhkan juga
semakin banyak, anak usia sekolah merupakan usia yang senang bermain. Senang
menghabiskan waktunya untuk belajar mengetahui lingkungan sekitar. Oleh sebab
itu perlunya nutrisi dan asupan energi yang banyak untuk menunjang aktifitas
fisiknya.
-
Faktor Ekonomi
Faktor
ekonomi juga berpengaruh dalam pemenuhan nutrisi bagi seorang anak. Seorang
anak yang berada dalam kondisi kurang mampu biasanya akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya karena harga
bahan makanan yang kadang cenderung mahal.
-
Selera Makan
Anak
usia sekolah sangat sulit untuk dapat m engonsumsi makanan – makanan yang
sedang ia perlukan dalam masa pertumbuhan. Kriteria makanan yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah
makanan yang banyak mengandung gula dan mempunyai warna yang cerah.
Pola makan anak harus diatur dengan
baik, sebab seorang anak yang sehat dan
normal membutuhkan asupan cairan harian sebanyak 1–1,5 liter per hari. Keluarga
hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Status
gizi anak dapat ditentukan oleh tingkat konsumsi atau kualitas makanan.
Masalah
gizi kurang tersebar luas di negara – negara berkembang, termasuk Indonesia.
Anak usa sekolah membutuhkan asupan gizi yang baik agar kelak dapat menjadi
generasi penerus yang unggul. Pada sisi lain, masalah gizi lebih yang merupakan
dampak dari keberhasilan di bidang ekonomi juga mulai terlihat di Indonesia.
Banyak ditemukan anak usia sekolah yang overweight
atau obesitas.
Seorang
anak yang mengalami defisiensi zat gizi akan berpengaruh pada berbagai aspek
fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara tepat, jangka
pendek, dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai
dengan klasifikasi dampak defisiensi zat gizi, antara lain melalui pengaturan
makan yang benar.
Di
Indonesia sendiri, permasalahan gizi masih
harus difokuskan pada pemenuhan
zat gizi yang mana masih ditemukan kondisi defisiensinya, seperti
kekurangan protein, zat besi, kalsium,yodium, seng, asam folat, serta vitamin A
dan D. Dalam kasus ini, pengetahuan lokal terkait masalah gizi sangat
diperlukan bagi masyarakat Indonesia.
Ada
beberapa dampak yang disebabkan oleh defisiensi zat gizi, seperti :
a.
Malnutrisi (gizi salah).
Malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute
satu atau lebih zat gizi.
Ada empat bentuk
malnutrisi yaitu :
-
Under nutrition yaitu kekurangan
konsumsi pangan secara relative
maupun absolute pada periode tertentu.
-
Specific deficiency yaitu kekurangan
zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.
-
Over nutrition
yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
-
Imbalance
yaitu karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein),
HDL (High Density Lipoprotein), dan
VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
b.
KEP (Kekurangan Energi Protein).
Kurang energi protein
(KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam konsumsi sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat
badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi zat gizi yang
paling berat dan meluas terutama pada balita dan anak-anak. Pada umumnya
penderita KEP berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.
c.
GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
GAKI adalah sekumpulan
gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium
secara terus-menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
d.
Anemia Zat Besi
Anemia gizi pada balita
dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan
otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap
belajar menurun dan interaksi sosial berkurang. Anak yang sejak balita
mengalami anemia ini tak bisa diobati lagi. Sedangkan bagi anak yang terkena
pada usia sekolah, masih bisa diobati dengan memberikan suplemen zat besi.
Prinsipnya, harus ada perubahan pola makan yang sehat.
e.
KVA (Kekurangan Vitamin A)
Kekurangan vitamin A
menyebabkan kebutaan pada orang dewasa dan meningkatkan resiko kematian pada
bayi. Anak-anak yang memiliki kekurangan vitamin A lebih rentan penyakit
seperti diare, campak, dan infeksi pernapasan yang serius, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Ada
berbagai cara untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk, misalnya dengan
memberikan ASI eksklusif ketika bayi, memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
meningkatkan asupan kalori, serta menjaga pola makan yang sehat.
Sekolah juga sebaiknya mengadakan program makan siang dengan membawa bekal dari
rumah, sehingga siswa tidak perlu membeli makanan dari luar yang belum tentu
sehat.
Pada
kasus anak yang sudah menderita gizi buruk dapat ditangani dengan perbaikan
gizi apabila statusnya berada pada stadium ringan. Sedangkan pada stadium berat
cenderungg lebih kompleks karena masing – masing penyakit yang menyertai harus
diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk
mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit
penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut harus diperbaiki hingga
sembuh.
Pada
usia ini, anak – anak mudah bosan terhadap sesuatu, mereka lebih menyukai hal –
hal baru. Asupan nutrisi yang cukup dapat menunjang aktifitasnya selama di
dalam maupun di luar sekolah, selain itu makanan yang disajikan juga harus
menarik dan bervariasi supaya selera makan mereka meningkat.
Asupan
gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila dibiarkan. Selain itu,
buruknya status gizi anak sekolah semakin
memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi penerusnya tidak
produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan
banyak perubahan. Membiasakan anak sarapan
sebelum berangkat sekolah
merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan untuk anak membeli makanan
di luar rumah yang mungkin tidak sehat.
Selain
peran orang tua, peran guru di sekolah juga sangat dibutuhkan guna
memberikan pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan yang
baik dikonsumsi dan tidak baik dikonsumsi.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Gizi
merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang seorang anak,
sehingga pemenuhan gizi turut menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber
manusia di masa mendatang. Defisiensi gizi adalah gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas
berpikir, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Adapun faktor
penyebab terjadinya defisiensi adalah usia, faktor ekonomi, aktifitas, dan
selera makan. dampak dari defisiensi zat gizi sangat berpengaruh pada kehidupan
seseorang secara keseluruhan seperti, gangguan fisik, mental, dan
kecerdasannya. Adapun untuk mencegah terjadinya defisiensi zat gizi adalah
dengan meningkatkan konsumsi gizi yang cukup dan seimbang.
B.
Kritik
dan Saran
Sebaiknya utuk mengurangi tingginya masalah
defisiensi zat gizi, pemerintah mengadakan program yang lebih efektif dan
berkesinambungan, seperti meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi
bayi dengan berat badan kurang, meningkatkan program gizi berbasis masyarakat,
penyuluhan mengenai pengetahuan gizi kurang dan memperbaiki sektor lain yang
terkait erat dengan gizi (air, sanitasi, dsb.) sehingga angka defisiensi gizi
dapat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Nasution, Andi Hakim., dan Darwin
Karyadi. 1991. Vitamin. Jakarta :
Gramedia.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
http://motherandbaby.co.id/mobile/article/2016/4/15/3652/masalah-gizi-di-indonesia-masih-tinggi (30/11/2016, 21:13)
http://cakrawalasehat.blogspot.com/2016/03/kekurangan-vitamin-a.html?m=1 (02/12/2016, 20:52)
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar